Thursday, February 12, 2015

Si Imut Lucu di Kelas X Ibrahim




               Kelas X Ibrahim, angkatan kedua SMAIT Al Ittihad. Muridnya semua laki2 ada sekitar 14 orang.  Setiap kali masuk dan mengajar di kelas ini saya harus punya stock cerita lucu agar suasana kelas nggak suntuk.   Maklumlah SMA kami baru, jadi murid yang masuk juga murid yang “terpaksa” oleh keadaan. Bahkan, ada yang berpendapat dia bersekolah di SMA ini karena ingin membahagiakan Mamanya. Muncullah ungkapan “Biarlah saya yang menderita Ustadzah, asal  Mama bahagia” ;)            Harus berhati-hati mengajar di kelas Ibrahim karena murid yang walau cuma 14 orang anak laki-laki, tapi cerewetnya melebihi kelas X Siti Hadjar yang berjumlah 22 orang anak perempuan. Salah pronunciation, langsung telinga mereka berdiri dan mengkoreksi misalnya, bilang “lebaran” dengan e keras. Mendengar 'lebaran' dengan e keras mereka akan mengulang sehingga kita tahu kesalahan kita. Ciri khas kita ngomong pun, ditiru-tirunya, seperti  “ Bukan begitu do..” Mereka akan menjawab “Iyyalah do..” Wah.. ribetlah pokoknya.
               Begitulah, dalam  pembelajaran biasanya saya  presentasi  pakai slide power point, diterangkan,  mereka mencatat. Penutup jika materi selesai maka akan ada “Pop Quiz”. Antara slide ke slide kita selingi dengan cerita lucu, serius dan juga merupakan informasi baru. Misalnya, asal nama Pulau IRIAN, merupakan  kepanjangan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland. Luar biasa kan… Diselingi cerita, jam pelajaran baik satu  atau dua jam pelajaran terasa  sebentar jadinya.
               Ketika saya berjalan kembali ke kantor salah satu dari mereka, murid yang paling imut mengiringi langkah saya, Wahyu namanya. Dia bertanya “Tzah, siapa tu  namanya Bupati Rohul ?” “Ahmad ” jawab saya, “Eh, bukan Bupati Rohil Zah ?” “Anas Makmun ” jawab saya… Dalam hati saya mikir ni anak mau ngetes saya, Alhamdullliah saya bisa jawab.“Eh, bukan Zah, pokoknya  adalah  salah satu Bupati di Riau ni Zah, kemarin ni dia meresmikan pabrik “ ceritanya “Oh ya, pabrik apa ?” tanya Saya. Kita berdua berhenti di sudut tangga. “eh, nggak Ustazah Pembangkit Listrik” “Trus..trus..” Saya penasaran dengan ceritanya ”Bupati tu pidato Ustadzah, “Alhamdulillah saya resmikan pabrik litrik ini, trus ajudannya berbisik pakai S Pak pakai S, trus Bupati tu nambahin insyaAlloh selanjutnya kita juga akan meresmikan pabrik es “   Mata saya mendelik, dan saya pun tertawa… “Wahyu… kenapa nggak cerita di kelas tadi ? “ Saya kalah suara Zah, suara saya kecil“ Wahyu pun melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Saya hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala. Sambil berjanji dalam hati akan memberikan dia kesempatan untuk bercerita.

No comments:

Post a Comment